Pohon (di) Tepian Hati
Bukan usai, aku menahan rindang di tepian hati
reranting mungkin telah patah,
kawanan daun menjingga lalu terbang mengelana
dan batang pun menolak tuk tetap kokoh, menghadang badai
kukira usai. Selesai.
Namun henti itu tidak bersarang pada akar
tumbuh menjadi lebih menyakitkan..
Ah...padahal kubilang tak tersisa
Salah, bodoh!
Harusnya bersegera kukoyak resah yang mengakar,
lalu tanahku kutebar bibit keagungan
biar ranum senja gelisah melihat buahnya,
dan angin nakal tak lagi mempermainkan keanggunannya..
Jatinangor, 26 Februari 2011
diksiku (masih) bermasalah..
4 komentar:
Rasanya terbang bersama larik sajamu :)
Selamat malam, senang bisa berkunjung lg ke mari.
Tinggal d jatinanngor y?? Main1 atuh ku Sumedang. Gabung ma komunitas sastra sumedang :)
Puisinya bagus, dan semakin bagus diksinya.
Berkarya terus say, demi pencerahan nurani
hmmm...........
ada yang disembunyiin nech di balik puisinya....
lagi jauh dengan seseorang...
waktu yang di tempuh seakan tak berlabuh....
hanya diam
menjawab kerisauan....
Insanitis : iya... lama gak blogging... sok sibuk.hehe... maklum adaptasi jdi mahasiswa. :D
wah..dimana tuh, kang?
NeSack : makasih, pak.. iya, media katarsis...hehe..
Agus : apa yang disembunyikan? aku memebebaskan seluruhnya dalam diksiku.. dengan cara halus. itu saja. :) pada dasarnya tertutup mungkin.hehe... makasih sudah mempir ke sini. salam kenal..
Posting Komentar