Lelaki Menangis (Ksatria di zamannya)
Padang perang tak juga usai,
letupan amarah masih bersarang,
tegakkan bahumu, ksatriaku
Agama merindukan setiap nafas perjuangan
yang di suatu masa pernah bersinar,
memayungi jagat dengan cahayaNya..
Kemenangan tidak sberapa,
Nilai kekukuhanmu lebih berharga,
pandanglah langit itu,
itu milikmu, ksatriaku!
Maka, mengapa kamu tak menjamahnya?
Dengan nyanyian harapan,
dengan murniny hati yg trbungkus iman..
Juga akal yg bgtu cemerlang...
Hujamkan kuat kakimu pada bumi,
tapi tetaplah pandang cakrawala..
Masa depan 'kan menjadi kejutan takdir,
maka lapangkn dadamu,ksatriaku
untuk ikhtiar yg membutirkan letih d dahimu..
Dan jika perasaanmu membuncah keluar,
tertekan semua kegundahan, kekecewaan, kepahitan,
maka biarkn tetes itu jatuh...
Dalam setiap beningnya,
ada pasrahmu padaNya.
Ada munajatmu pada kekasihMu..
Mengapa harus trtunduk malu?
Kekasihmu tahu,
sandaranmu lah bahuNya..
Ksatriaku,
kuat bukanlah keangkuhan,
yang menghinakanmu atas perih yg menyiksa..
Kuatlah demi agamamu,
tapi lembutkanlah hatimu..
Sungguh, dengan begtu
penduduk langit kan memintakan doa buatmu
pun para pendosa di bumiNya,
kan mencintaimu..
"untuk ksatria d zamannya, lelaki muslim, saudara-saudaraku..."
1 komentar:
Subhanallah ma, sangat menginspirasi sekali... tulisan-tulisan mu kadang membuat ku "terdiam"...
Teruslah menulis, buat goresan pena itu untuk memperjuangkan islam...
Posting Komentar