aku dan sepenggal bait hidupku...

Jika Esok Tak Ada

Ketika daun terakhir kehidupanku gugur dan detak waktu berhenti di ujung nafasku... bagaimana bisa aku membayangkan suatu hal yang terlalu rumit seperti itu? Kematian, bukan soal meninggalkan, bukan soal pembebasan, bukan sekadar itu.

Rasanya banyak bintang yang tak sempat kuraih, ceceran benih yang terabai karena ringkih - banyak hal berharga yang terlewat begitu saja, kesempatan yang dibiarkan terisi hal-hal tak perlu, dan ketika tiba masanya perjanjianku dengan Kekasih Abadi ditepati, sungguh, bagaimana aku sanggup bertemu denganNya sedang selama ini cintaku tak sekalipun teruji?

Aku yang mengaku mencintaiNya, menunda setiap kali Dia memanggil, mendustai nikmat yang terlampau banyak untuk dihinggai, menorehkan perih di hati orang-orang yang kucintai..

Jika esok tak ada lagi... Aku akan sangat iri pada embun pagi yang bertasbih di penghujung shubuh, yang menguap bersama dzikir khusuknya..

Jika esok tak ada lagi.... Aku akan begitu cemburu  pada kerikil di tepian jalan yang diam memaknai ceritaNya sepanjang hari..

Jika esok tak ada lagi... Rasa iri ini, kecemburuan ini tak berarti!!! Aku tak boleh kalah. sebelum batas itu sampai padaku, aku akan memberi arti pada setiap hal yang aku lakukan, memaknai setiap langkah yang kubuat, menepati perjanjianku denganNya...



" Sebuah surat wasiat di waktu acara up grading Taman Ilmu UNPAD"

2 komentar:

Ia yang merindu psti akan merindu yang dirindu. Berbahagialan para perindu. Karena rindu adalah kehidupan hakiki.

^^ makasih udah mampir... kemana aja, kang?