aku dan sepenggal bait hidupku...

Jika Esok Tak Ada

Ketika daun terakhir kehidupanku gugur dan detak waktu berhenti di ujung nafasku... bagaimana bisa aku membayangkan suatu hal yang terlalu rumit seperti itu? Kematian, bukan soal meninggalkan, bukan soal pembebasan, bukan sekadar itu.

Rasanya banyak bintang yang tak sempat kuraih, ceceran benih yang terabai karena ringkih - banyak hal berharga yang terlewat begitu saja, kesempatan yang dibiarkan terisi hal-hal tak perlu, dan ketika tiba masanya perjanjianku dengan Kekasih Abadi ditepati, sungguh, bagaimana aku sanggup bertemu denganNya sedang selama ini cintaku tak sekalipun teruji?

Aku yang mengaku mencintaiNya, menunda setiap kali Dia memanggil, mendustai nikmat yang terlampau banyak untuk dihinggai, menorehkan perih di hati orang-orang yang kucintai..

Jika esok tak ada lagi... Aku akan sangat iri pada embun pagi yang bertasbih di penghujung shubuh, yang menguap bersama dzikir khusuknya..

Jika esok tak ada lagi.... Aku akan begitu cemburu  pada kerikil di tepian jalan yang diam memaknai ceritaNya sepanjang hari..

Jika esok tak ada lagi... Rasa iri ini, kecemburuan ini tak berarti!!! Aku tak boleh kalah. sebelum batas itu sampai padaku, aku akan memberi arti pada setiap hal yang aku lakukan, memaknai setiap langkah yang kubuat, menepati perjanjianku denganNya...



" Sebuah surat wasiat di waktu acara up grading Taman Ilmu UNPAD"

Read More......

Seikat kata terakhir

Hilang..
Aku bahkan tak sadar itu bunga terakhir yang mekar untukku
apakah hujan yang menggerimis tak lagi memercik segar pada putiknya?
Ataukah jatuhnya rintik itu merontokkan kelopaknya?
Semi milikku tak seranum kawanan mawar..
Dan aku sudah lupa caranya menyiramkan frasa
untuk menitikkan embun pada dedaunan
aku tak lagi punya stanza yang biasa kutebarkan
untuk memenuhkan rekahan kuncup-kuncup diam

jadi, tetaplah menguntai harum di ujung kelopakmu
aku akan membahasakan sunyi yang kau sukai
jika apa yang berada di sini
tak punya cara tuk buatmu mengerti..


Masa SMA berakhir, dan banyak hal tak bisa kukatakan pada mereka......

Read More......

Pemakaman Kita Belum Usai, Sahabat...

Senyum yang mengalir di atas darahku pagi ini,
Tak kah kau rasakan kelamnya?
Dalam diam yang menggeliat marah dalam nyawa kita
Kau tahu, bukan?
Pintu itu sebentar lagi terbuka buat kita...

Tutup matamu jika itu lebih kau suka
dan mungkin saja pipi-pipi basah ini tak lagi kelihatan memerah
Koyak mana yang masih kau simpan, sahabat?
Tak berarti nanah yang mengering itu terlupa, kau bilang

Balut hitamku hari ini
Pemakaman kita tak juga usai
Karangan bunga mawar tak punya kuasa
Apakah kematian kita berlangsung khidmat, sayang?
Kesakitan masih mengecup kejam..

Read More......

Sajak rindu

Sajakku mulai tumpul,
menumbuk keras tak berperasaan
agaknya aku tak lagi mengkaji
larik pelangi milikmu
aku lupa loncatan imajinasi yang kamu tunjukkan
rasanya, aku harus melarikan remasan kertas
untuk kembali bermimpi
mengangkasa dengan sayap bahasa..

Aku merindukan gesekan pena di secarik kertas buram
aku rindu menulis puisi bintang di hamparan hitam
aku rindu mengeja bait pada rasaku


aku rindu..





"setelah beberapa hari terbungkam, dan aku tak mau terbiasa akan hal itu..."

NNSM.7292. 23022010.

Read More......

Beri aku nama...

Iseng-iseng, aku bikin 3 bait puisi lalu aku tag puisi tersebut pada teman-temanku di blog, niatnya sih pengen nyobain puisi berantai.. dan inilah hasilnya...^^


Beri aku nama..

Beri aku nama,
yang jika kau ucapkan
daun-daun berguguran berubah menghijau

Beri aku nama,
yang bila kau azzamkan
setiap merah yang mengalir berubah pekat

Beri aku nama,
yang saat kau gumamkan
angin membawa badai memelan lunglai

Beri aku nama..

Read More......

Sorry, ik hou van je...

T'lah lama kutanggalkan
jubah embun yg basah pada tiang kokoh penyangga langitku..

Dan mulai kususuri redam
yang merentang di delapan penjuru angkasa
berharap membebaskan bintang yg terjebak d rasi
atau memeluk gemawan yang melayang anggun
tapi hujan menggoda bintang
untuk tetap bersemayam pada selimut abu
tapi hujan merajuk manja pada awan
untuk menarikan simphoni rinai berdua..

Read More......

Rajutan di Saat Malam

Wahai Dania – pemilik kerudung putih berkibar,
Mengapa membasahi dunia dengan luapan amarah?
Sebab kamu mendermakan begitu banyak kebahagiaan
dan membiarkan Tuhan mengirimkan jutaan kesakitan,
lalu kamu menganggap ini ketidak adilan?

Wahai Dania – yang dicintai banyak orang,
Mengapa menusukkan beribu hujatan?
Sebab kamu mencintai limpahan ketulusan
Sedang topeng-topeng itu menyamarkan segala,
Lalu kamu membenci persembunyian manusia – hati ?

Wahai Dania – yang meneguhkan keimanan
Mengapa menuliskan kebencian di sudut-sudut cahaya?
Sebab kamu tak menerbangkan kepakan angan
Sedang angin bersahabat dekat dengan sang pungguk di sarang
Lalu kamu menebar permusuhan?


Sudah cukup, semua kehinaan yang kamu tujukan
Sebab sang pungguk tak hanya tersadarkan
Tak hanya menoleh untuk mencari kecacatan
Tak hanya merasa malu atas kegagalan
Tapi juga terluka dalam..

Read More......

Ini titah bagi pecinta..


Jangan biasakan menaruh mawar
di jendela hati yang kubiarkan terbuka,

Tak perlu mengisi adagioku
dengan rancak lincah senyummu

Usah menungguiku di pintu petang,
dengan secangkir kasih yang hangat..

Aku akan terbiasa untuk menanti di tepi jendela
aku akan terbiasa tenggelam pada rancakmu
aku akan terbiasa mereguk cangkir itu
bahkan jika kau tak sungguh-sungguh..

Sebelum kau tahu kebenaran hatimu,
simpan saja dalam lemari tuamu!
Kau akan berterima kasih padaku untuk nasehat itu..

Read More......