aku dan sepenggal bait hidupku...

Janji taman hati, ilalang..

Jangan menjanjikan taman hati,
pada ilalang yang setiap pagi kau injak di tepi
karena ilalang hidup bukan untuk tersenyum penuh pada kupu-kupu
Ilalang tegar dalam setiap terpa ketidakpengertian
untuk menatap kerontang di awal musim kemarau
untuk menikmati panas yang menggantang
untuk memahami belaian badai
atau terantuk-antuk pada batu nisan tempatnya merangkai tenang
Ilalang bebas dengan sabana gersang
bahagia dengan capung-capung
yang meningkahi tangkai lenturnya
Bahagia dengan setiap hentak
yang menjadikannya kuat
Bahagia tanpa harus tertata
dan menyombongkan diri pada daisy yg berjejer rapi
Jangan pernh menjanjikan taman pada ilalang
hanya karena kamu merasa bersalah
untuk setiap tangkai yang rebah karenamu...
Karena ia tahu,
ia akan dapat menunggu lebih lama,
lebih lama lagi
bukan untuk pengelana yang akan memboyongnya pada taman-taman sanubari
tapi pada pecinta yang tertawa
dan menghabiskan sisa waktunya untuk tetap tinggal
di padang siang..

Read More......

Pecinta kata dan aku

Rumi berstanza tentang cinta

Khayyam miliki ruba'iyat yang mempesona

Shakespeare siapkan ratusan sonnet tuk membedah rasa

Hemmingway punya cara yang menggugah dunia

Chairil melegenda sebagai angkatan '45

Rangkuti kuasai 6 bahasa

Seolah membakar jiwa
bait mereka membelalak dunia
meski diabadikan dengan nama berbeda

masih kurang juga?

Khaled bercerita dengan hitungan kata

Chricton membagi dirinya dengan berujar

Al Biruni mengetas dengan cemerlangnya

Iqbal bermetafora dengan lugasnya

menemukan mereka rasanya membenamkanku pada asa
mungkinkah?
Aku kejora yang menyusul mereka
berpijar dengan nirma_yawisa?

Tertawalah.
Kuanggap senandung kemenangan
seringaimu,
tabuhan kegemilangan yg menyambutku

Read More......

Malam Magelang, berlari menyusuri bintang

".... Dan maukah kamu mendapat ganti yang lebih buruk dari yang Allah janjikan kepadamu?"


Aku masih mengingat terjemahan dari surat Al Baqarah ayat 61 itu. Dan ini sama sekali bukan puisi, hanya sebuah kesadaran yang meluap untuk malam-malam panjang yang menggelisahkan.


tak bisa aku biarkan aku terbang dengan sayap 'jika'
sedang langit hijauku mungkin saja bukan dia
mungkin saja anak kunci dari pintu kesempurnaanku bukan dia
maka tak sepantasnya aku mendamba langit yang bukan tempatku
Bagaimana mungkin kupaksakan pintuku untuk terbuka?
Bukankah ini pengkhianatan?
sebab langit hijauku yang megah terabaikan
Aku ingin berhenti dari ini.

Ya Rabb.. izinkan aku berharap pada apa yang Engkau tentukan
Ya Rabb.. inikah yang dinamakan kororan hati?
aku meneguk racun dalam setiap iringan ekor mataku
dalam anggur hitam yang tak membiarkan tuannya berhenti
dari taruhan jiwa

Aku ingin lepas, aku ingin bebas!



Magelang, 17 Desember 2009
di bis menuju Sukabumi

Read More......

Masih tentang hujan...

Hm... Ini tentang hujan, untuk ke sekian kalinya.

Riak yang membulat pada tepi,
membuyar, melagukan syair keheningan
dan aku membelah pekak ilusi
dengan anyaman air yang menari
sapaan tetes,
membuatku tersadar dari mati

dan ini,
satu lagi yang tertangkap
kala geleparmu menerpa tanah

untuk yang kesekian kalinya,
tentangmu, wahai hujanku

Read More......

Thanks, Dear.. (Friends..)

you ask me for painting the cloud
by a gloomy heart
sure, who wanna refuse your asking?

you ask me for being a water sculptor
there's nothing that impossible
I just look at you for a glance

yeah, and always you
who keep the dark away from me
teach the amazing way to face this world
share the laughter to show how beautiful it is, a happiness life

I don’t know why,
You didn’t let me flow the river of tears
You didn’t let me know how the darkness is felt
cause those all,
thanks. ^^

Read More......

Rumah di Sudut Hati


Jejak abu perapian di sisi hati
ayunan sayap peri yang tertinggal di daun jendela
hembusan jam pasir yang mendesis jemu
rumah tinggal apa yang kumasuki?

Kamar-kamar dingin yg tertelan penat
dinding batu yang terpercik darah kumal
darah pembual - di atas tangis pembebasan
cerobong dengan asap hitam memucatkan sang biru
rumah tinggal apa yang kulihat?

Selasar tepi tanpa penahan benci
tangga keangkuhan yg berkeriut ngeri
tanah yg terinjak mendengus marah
ah... Rumah macam apa ini?!

Hai,engkau yang trsenyum dengan pedih
kenapa tak kau perbaiki
rumah kalbu yang kau tempati?

Read More......

Cinta Puisi Cinta



Cinta Puisi Cinta


(29 November 2009)




Bilamana rembulan dapat memeluk bumi

Saat itu ‘kan kuberitakan

Detak pengingat di epilog batin





Bilamana langit membelalak hijau

Aku akan berlari memburu kisah

Yang terlepas tanpa semapat kita mengerti





Jika saja aku mampu,

Desahan angin pun akan malu

Demi mendengar detik yang meledak-ledak di hatiku





Jika saja kamu tahu,

Senja pun ‘kan kalah merona

Dibanding rautku





Tapi cukup aku yang mengerti

Agar dunia tak perlu bersenandung cinta

Agar angin tak usah tersipu

Agar gelombang tak menabuh riuh

Agar pelangi tak mengerang iri



Karena aku miliki yang terindah – di dalam sini







Read More......

Taman Rahasia Kita


Taman Rahasia kita
(30 November 2009)

Kita pasti menuai rindu
Di taman rahasia yang dijejalkan
Pada rumah tua singgahan kita
Di hentian waktu pada semenanjung penat kita

Di taman ini,
Masa tak punya peranan apa-apa
Kau semuda yang kau bayangkan
Aku tetap menjadi remaja seperti yang kuinginkan

Petikan galau, gumaman resah
Dan kita kembali bertemu
Menguak bintang mati
Merenda pita pagi yang terselip di awal hari

Karena kita abadi di ujung jemari kita – dengan kata
Karena kita akan selalu menjadi muda – dengan kata
Karena taman ini bercerita tentang puisi cinta

( Untuk para pecinta kata)

“ tetaplah menari dengan anggunnya goresan pena,
Dengan suara klik setiap kau tekan tombol keyboard.
Dengan semua rasa yang kau punya..”

Read More......

Langitku yang terluka



Anggapmu aku apa?
Tempatmu melandas untuk menyapa awan?
daramu yang kau pikir bisa melukis Arsy?
Tempatmu bertolak demi hujan yg menjanjikan pelangi?

Aku tak pernah punya angan
aku tak pernah menanam harap
aku tak pernah.
Bahkan untuk memejamkan mata demi mimpi pun aku tidak.

Cukup kamu dengan kilau janjimu
dengan taburan mutiara kasih
memang tak membuat detak
memang tak berdesir kuat
tapi cukup untuk membuat paham,
menjdi setitik celah untuk jiwaku
sedikit memerahkan rautku

kini,
kamu baru tersadar
langit lain lebih luas tuk kamu dekap
dengan ruas pelangi d setiap kakinya


kenapa kamu menyapa langitku?
Terbang dengan pongah,
anggun memeluk bintangku
kenapa?
Bila sekarang kau menukik manja
melayang pada mega yg tak kupunya?

Cukup. Sejak awal aku tak mau.
Dan seharusnya kamu tahu,
ini menyesakkan.
Meski aku tak berharap,
aku kecewa. Sangat.

Read More......

Senyap pun jera padaku (untuk sahabat, insanitis37)

Mungkin saja aku tak ingat,

Ada gemerisik rindu di patahan ranting hatiku

Cerita tanpa kata yang kubuat

Untuk sayap yang mengangkasa pergi

Yang jelas,

Aku menatap senyap

Tak merasa, tak meraba,

Hanya tertawa, dedaunan tua yang lama mengering

Bantaran hati yang lama t'lah landai

Hanya bersenandung kecil,

Membisukan nada-nada hampa

Yang meti tercekik dalam sebuah kesepian

Hanya menikmati semua

Mengaliri kembali mataku yang tak lagi basah


 

Mungkin,

Sudah cukup bagiku semua gelap

Hingga kelam pun jera tuk bersama.

……..

………


 

Epilog ini,

Buktikah akan muakku?

Rasanya senyap pun lamat-lamat akan lari dariku..


 

Read More......

Perempuan tanpa hati (selisik hati penulis)

aku punya apa selain hati? yang bahkan diremehkan-seringkali diragukan. aku tahu dari tawa mereka yang menghinakan, dari ledekan mereka yang memekakkan telinga. aku perempuan tak berhati, begitu kata mereka. yang benar saja? aku merasa terluka. bukankah itu bukti betapa hatiku tak sekeras yang mereka katakan? apakah karena tak pernah ku tersipu, karena tak jarang aku gusar akan manis mereka? Aku rasa – sudah seharusnya kita (wanita dan laki-laki) saling menjaga diri. Kadang aku dibuat kecewa oleh (maaf) ikhwan – lelaki yang kuanggap sudah bisa dan paham akan pentingnya menjaga hati. tanpa bermaksud menganggap keji perbuatan mereka yang menggoda akhwat, meski aku sebetulnya menyayangkan. Tidakkah mereka mengerti? Betapa muslimah adalah tetap seorang wanita, yang akan tersipu jika dipuji, yang akan tersentuh dengan perilaku yang dibuat menawan (maaf, jika kesannya menuduh.hehe..).

Tanpa berniat memprovokasi, aku rasa kita harus renungkan bersama. Seorang ikhwan kadang aku dengar menggoda akhwat dengan kalimat yang dibuat se-islami mungkin, " tahu gak, Aisyah ra juga seperti kamu lho, emosional." Aku dibuat terhenyak mendengarnya. Ya Rabb… sungguh tak terkatakan lagi bagaimana malunya. Tak jarang ada yang berjanji, "Ukh, saya akan khitbah setelah lulus SMA".
Ya ampun..kesannya memaksakan sekali. Duh, ikhwan.. kenapa kalian tega meracuni kami? (maaf, ya.hehe..) kami punya hati yang sama-sama mudah ternodai, meski kami upayakan banyak hal untuk mencegahnya. Di sini, aku cuma sedikit berbagi, semoga apat menjadi bahan muhasabah untuk kita semua.(NNS)


 


 

Nurma_Sawiyya

Read More......

dulu, sekarang, apa bedanya?!


itu adalah masaku
masa kecintaanku pada kelabu
yang menggantung di bibir langit..
berlarian ke sela yang tak mungkin
dan tak bisa kuhela..
setiap titik pun meniupkan hidup sebuah imaji..

Imajiku tentang hujanku
imajiku tentang semua kemurahan hati sang langit

aku alpa,
dalam kemurahan itu
ada gelegak marah yang tak bisa dibendung
pijar-pijar tajam yang melumat keras yang mengerak
ada detik detik yang meningkahi langkah siput

berantakan, kacau!
aku benci untuk tidak menyenanginya...
sebab hujanku akan tetap menjadi hujan
yang menyambung nafas dunia
yang tersenyum dalam biduk pelangi
kesemuanya..

Read More......

Happy Aidil Adha


Aku hanya punya jemari, yang tak bisa menggapai malam,

aku hanya punya jemari, yang tak bisa menepis duka

aku hanya punya jemari, yang tak bisa mendekap jarak

meski kurentang kedua tangan,
yang ada hanya angin di selasar tepi

ah...
akhirnya yang kubisa hanya ini,

dengan kacamata tergantung

menekan, menggeser kursor

dengan tangan menekan hamparan keyboard

kupikir ini bisa
jadi peretas semua jarak.

kupikir, tapi entahlah.


Sahabat, tak ada yang bisa aku kurbankan
mungkinkah ini akan bernilai?
semoga...

Read More......

Tentu saja aku mau

Tentu saja aku mau
jemariku tak hanya terlindung di balik tudung
tak cukup dengan menuding
'kan kubawakan seikat tahta buatmu

Tentu saja aku mau
meletakan semua kepingan pada tempatnya
melewati setiap desak yang buat berserak
tapi pelukku tak sampai pada hatimu..

Apa yang bisa aku lakukan?
karena semua mauku
tak punya hak untuk bicara demi senyummu

tentu saja aku mau, sahabat
mengikat setiap nafas yang terlepas
menangkap setiap desir hati yang tak terungkap
menabur pelangi di ujung hari
Jika saja itu bisa membuatmu memaafkanku,
aku mau.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
note : ini hadiah Idul Adha dariku.. di samping sepenggal do'a yang terajut untuk kalian, sahabat...

Read More......

Dania, langit yang menaunginya


Aku suka caranya tersenyum kecut pertanda tak setuju, aku suka keterbukaannya dalam ketidaksetujuan yang biasa kumaknai diam. Aku menyukai perbedaan kita. kita saling melempar tuduhan, yang kita ketahui sama-sama bahwa tak ada satu pun yang benar. Ini hanya cara kita untuk sebuah persahabatan.
Cara kita untuk sebuah persahabatan. Caraku – akhirnya kusimpulkan hal itu ketika semuanya meledak.
“ aku muak.” Dania menerjang batinku dengan telaknya. Aku hampir saja merasakan bahwa duniaku berhenti berputar.
“ kenapa? Ada apa? Apa yang terjadi?”. Aku tidak dapat menahan diri untuk mengeluarkan selongsong pertanyaan yang biasanya kubiarkan tetap tergantung rapi.
“ pikirmu, aku ada untuk mendengar semuanya – hal-hal yang kamu katakan? Telingaku tak hanya berfungsi untuk itu. dan aku jenuh.” Kelebat-kelebat masa lalu berputar bergantian dengan cepat. Masa perkenalan kami, tawa kami, kekonyolan kami, dan kini semuanya terasa tak punya arti. Lidahku kelu. Serbuan air mata telah siap meluncur dibalik pelupuk mata, aku merasa bodoh dan malu.
Dania berbalik pergi tanpa sempat aku tersadar dari belalak mataku. Aku tahu dia membenci air mata, karenanya aku tak akan pernah menangis di depannya. Tak akan pernah. Aku mengenalnya lebih dari apa yang orang lain bayangkan – semula aku berpikir seperti itu. tapi itu tidak lebih dari sangkaku selama 4 tahun.

Read More......

Hentikan saja sampai di sini!

setiap cibiran tak membuat sadar

setiap kekesalan tak berbuah arti
selain kebencian

umpatan, tak punya andil lain
selain kelukaan yang menganga lebar

kejujuran mana yang kamu bilang?
kejujuran seperti apa yang kamu beritakan?

kebutaanku akan penuh
kala detik-detik terus membawa
ketergesaan pada prasangka-prasangka itu

aku tidak mau!

hentikan saja sampai di sini,
persimpangan ini begitu membingungkan

Hentikan saja sampai di sini,
nafasku tak mau lagi melegakan

Hentikan saja sampai di sini,
hentikan sekarang,

rapuhku kan membuatmu memenangkannya.
dan aku tidak peduli.
lepas aku dari semua hitam yang mendekap erat
kala prasangka itu bergelayut..

aku tidak bisa menahannya
aku tidak bisa terus menghalau semua duga
yang memberatkan semua ikatan

aku sudah tidak mau

Read More......

Jika kamu bertanya sahabat...

Jika kamu bertanya,
sehebat apakah kamu di mataku?
bagaimana bisa aku menjelaskan
sedang matamu saja memberikan lautan tanya
buatku mencari jawab

jika kamu bertanya,
seberharga apa kamu di mataku?
bagaimana bisa aku menilai,
sedang badaiku yang mengamuk semalaman
bisa menjadi bgitu meneduhkan saat kamu di sisi

Jika kamu bertanya,
tentang artimu padaku
sama saja dengan mempertanyakan
sang camar yang bersahabat dengan cakrawala

kenapa?

apa?

bagaimana?

aku hanya dapat menggeleng
dalam bingungku
cukupkan tanyamu, dan percayalah.
aku memang ada tanpa sayap
aku memang ada dengan dua tangan
tapi itu cukup untuk merengkuhmu, sahabat...

Read More......

Tak cukup bagiku..


Tak cukup kau ajari aku
dengan laku
sebab arti yang berlaku
tak setunggal yang kau mau


tak cukup kau ajari aku
dengan paras tak setuju
karena itu tak membuatku tahu
letak kesalahan yang berbuntut kelu

tak cukup kau ajari aku...
Persahabatan kita, rumit bagiku
pemahaman dangkalku yang menerjang jurang
curam tanpa dasar...

Tangan ini menggenggam udara,
sementara sungaiku memancar tanpa pengertian
kau bukan tongkat
untuk menuntunku
kau bukan malaikat
yang terbangkan waktu...
Kau sahabatku!

Read More......

Mudah saja!


Mudah saja.
Abaikan aku, dan aku akan pergi

Mudah saja,
Beri aku sedikit lekukan pada bibirmu
Maka aku akan menghambur dengan tawa

Mudah saja,
Caci aku ketika cekik itu ingin kamu lepas
Dan aku akan mengerti apa maumu

Mudah saja,
Perlihatkan celaku yang teramat fatal
Gunakan kata paling ampuh tuk buatku mengerti
Betapa salahnya aku – dan dimana letak sebuah kecacatan itu
‘kan ku ubah semuanya

Mudah saja,
Tuk katakan ini.
Tapi kemanakah hati ini akan pergi?

Meski ingin kuhentikan masaku
Meski ingin kusingkirkan kepedulianku
Aku masih di sini.
Entah menanti apa atau siapa
Entah .

Read More......

Kejutan_Koe

____________________________________________________________

Masih kubaca pesan itu. berulang-ulang.
mencoba mencari kemungkinan lain.
Aku tidak bodoh, aku suka sekali syair.
Tapi entah kenapa syair ini kubaca tanpa henti.
Bahasanya mudah saja, beberapa larik dicatut dari sebuah lagu
Tapi, aku menatap lama, seolah menemukan sebuah naskah kuno
dalam bahasa sanskrit
Mungkin aku senang, mungkin juga tidak.
Semua hal mengabur, menjernihkan sisi yang lain
namun bagiku ini membingungkan.
Mungkin jarak tak lagi jadi soal
mungkin apa-apa yang penting tak berarti lagi,
tapi tetap saja aneh..

Mungkin ini keajaiban milikNya,
Mungkin....
Mungkin....

----------------------------------------------------------------------
Aku masih menatap susuran huruf di pesan masukku..

Read More......

Eksodus Saia


Dalam berabad lamanya,
Satu pasang sayap bertambah lagi
Pada kepakan Saia
Terbanglah ia pada dahan-dahan patah
Di hutan cemara…
Selisik angin membelai dua pasang sayapnya
Yang indah, tak wajar
Ketidaklaziman yang terbentang
Layaknya kipas cahaya…
Pantulan dirinya tergambar di danau pelangi
Magenta, Cyan, Kuning..
Terangkai dalam satu cahaya putih…

Senja memerah,
Sayapnya membumbung tinggi
Menepis gumpalan kapas berwarna-warni
Menembus batas kebiruan penyekat langit
Keindahannya mendekap sepi,
Ia terus terbang
Tinggi, lebih tinggi, lebih tinggi lagi…
Mencari langit kehijauan
Yang tak kan pernah dirintanginya..

(cuma kata-kata yang terlepas begitu saja kala selaksa sepi menhampiri..)


Read More......

Wahai Hujanku!


Kamu tahu,
kenapa hujan adalah hadiah Tuhan?
Hujan memercik dengan gemuruhnya
tak membekas di resapan pulau
tapi setelahnya,
ada indah yang nyata
ada hijau yang memecah resah
ada kehidupan yang tersipu, tersenyum cerah..

Itulah kamu bagiku
Itulah kamu dengan caramu memperlakukan aku

Itulah kamu, wahai hujanku!

Read More......

bagi mawar yang menunggu pemetiknya.. (pun bagi pemetiknya)

Adakah surga dibayar
Dengan sebuah mahkota yang ditukarkan?
Adakah taman itu ditempuh
Hanya dengan kebahagiaan yang dilimpahkan
Atas titah tetua pada seorang yang semula ratu
Untuk menyerahkan putik kecintaanya
Membiarkan pesona-pesona lainnya untuk mekar
Bukan hanya dia sebagai mawar
yang tertanam di ladang pengharapan?

adakah jalan lain?
bagi raja yang ingin memberi bingkisan sempurna
taman dimana sang Adam memohonkan rusuknya, Hawa
adakah penghormatan lain
selain menyerahkan keharuman pinus segar
berbaur dengan keharuman jeruk basah bahkan anggrek liar?

“ yang tak kumengerti dari mereka – para lelaki”
Terinspirasi buku Asma Nadia, Catatan Hati Seorang Istri

Read More......

Dalam secangkir kontradiksi

Aku lupa,
angin yang biasanya datang menjemput bisuku
telah berubah jadi beliung
yang meliuk menampar jiwa kanakku

aku lupa,
di kidung pagiku
tak bersisa embun yang menetes keperakan
tapi siulan cahaya
yang bertalu
diantara guguran daun pohon Willow

aku lupa,
mutiara hati tak hanya berkilau
mengabarkan keanggunan pekerti
tapi juga dapat menggelap pekat
menelan hitam yang tak tembus cahaya

dan aku tidak ingat,
saat tarian pena kumulai,
pedang itu tengah kumainkan...

Pagi ini,
bibir cangkirku retak dalam kontradiksi
yang kubiarkan masuk perlahan
dari teko kebimbangan..
Haruskah kulekatkan?
Atau melepaskan setiap serpihan
yang bisu dalam satuan waktu..

'dalam secangkir kontradiksi..'

Read More......

Aku, si kuat yang lemah

Kuat itu...
Apakah tak menangis?
Apakah tak butuh manusia lain?
Apakah mendekap badai
dan menelan bulat-bulat kesedihan?

Lemahkah?
Jika hanya dengan tampikan halus
getar itu menyergap,
menghantamku?
Lemahkah?
Jika tawaku hilang
terbenam semua keresahan
menungguku tenggelam,
sesak dalam rawa suram?

Aku mungkin bisa lepas,
aku mungkin bisa tertawa tnpa beban,
tapi tidak jika kamu
berkubang dalam kesendirian
tapi tidak,
jika kamu menatap kosong padaku.
Aku akan kuat demi diriku,
tapi tidak jika kamu menyongsong gelap

tak masalah,
aku mudah untuk terluka
tapi aku juga mudah untuk pulih.
Aku mudah menangis,
tapi juga tak sulit bagiku tuk tertawa

tak masalah,
tapi tidak jika kamu yg bgitu..
Tak masalah,
apa yang terjadi padaku
tapi tidak, jika menimpa sahabatku..

Karena,
aku si lemah yang kuat
juga si kuat yang lemah

Read More......

here's always but...

It was a long journey
i started it with no one beside me
i just looked everywhere
there were a lot of communities
there were many kinds people
but..
There's a lie in everyone I see

I saw white princess' and princes
each of them wore a mask
that was sowed by a pearl
from the unspeaking depth of ocean
they smiled to me,
said the goodness 'bout me
but...
they cursed me like a witch
what's the difference of both?

I know,
that the world is always like this
but..
is there anyone wanna change it?

I want.


inspired by everyone i meet

Read More......

Bukan puisi (untukmu sahabat)

Kita dekat,
membuat iri dunia
dan kedekatan itu
menjanjikn ujian yang tak mudah

kita dekat,
meyakinkan banyak orang
bahwa teman sejati bukan hanya sekadar ilusi
kedekatan itu pula yangg menciptakan
bayang hitam,
menyodorkan gelapnya ketidakpercayaan

kita dekat,
dan pengujian kita tak kalah merapat
jangan katakan
yang selama ini hanya imaji
kita nyata, kamu tak berbeda
bukankah kita di dunia yang sama?

Dan jika banyak hal
memaksa kita tuk menyerah,
genggam tanganku
atau aku yg akan meraihmu
'lewat banyak cara'
ya, benar
aku kikuk dan menahan kasih sayang

hei, bukankah seseorang berteman
karena melihat dirinya pada orang lain?
katamu, sok tahu?
tapi, kita bisa akui
mungkin itu tidak salah.


(terinspirasi perkataan Ibn Qayyim..)

Read More......

nirma_yawisa: Cukup satu, tentangmu..

nirma_yawisa: Cukup satu, tentangmu..

Read More......

Cukup satu, tentangmu..

Cukup,
hanya satu dari ribuan stanzaku
yang membedakan syair kerinduan
tentang teman sejati,
seseorang yg darinya lah aku ada

suatu masa,
dia akan menderakkan pintu-pintu bahagia
menyingkirkan bising kegalauan
dan dia menjemputku pada rumah cahaya

hatiku bukan lelah tuk menanti,
cuma getar itu tak juga nampak
tak juga memperlihatkan riak d air tenangku
masih tercukupi semua rinduku,
masih terobati semua resahku,

kemarilah
setelah titian tangga imanku semakin naik,
kemarilah
saat sutera kearifan itu selesai kutenun
kemarilah
setelah selendang azzam ku sempurnakan

dan untuk saat ini,
biar aku siapkan segalany
dalam khayanganku..
Biar waktu menjadi kawan kita
dalam memperbaiki diri
takdirmu, takdirku
sang waktulah penyampai terbaik atas beritanya..

Read More......

Kejutan takdir buat Nadzirah (1)


Diskusi Remaja?!


Mesjid tampak lengang, tak banyak yang berlama-lama singgah karena telah saatnya untuk melanjutkan kembali aktifitas dan pekerjaan. Sesosok tubuh tampak bersandar di dinding sebuah mesjid, di wilayah khusus akhwat. Berkali-kali terdengar helaan nafas dan keluhan kecil dari mulutnya.

“ Dzi, balik yuk ke ke kelas. Kamu gak dengar jeritan bel yang menggelegar tadi?”. Kaila menegur sosok yang telah menjadi sahabatnya selama 2 tahun itu.

“ Hiperbolik banget sih.” Sosok yang dipanggil ‘Dzi’ itu menjawab datar sambil beranjak dari duduknya dan merapikan kerudungnya yang setia bertengger sepanjang hari.

******

“ Kay, bisa luangkan waktumu sebentar? Ada yang perlu aku bicarakan.”

“ Aku ada rapat, Nadzirah. Jangan sekarang. Oke?. Love you.” Kaila melangkah menjauh dari Nadzirah sambil menyalaminya dari jauh. Nadzirah mengangguk lemah.

Sudah 3 hari ini Nadzirah tidak tidur. Pikirannya sedang kacau, dan dia betul-betul butuh bicara dengan seseorang sekarang. Masalah yang dihadapinya mungkin tidak seberapa besar, tidak sehebat isu gempa atau segempar masalah bom, tapi ini cukup membuatnya perasaannya tidak keruan dan membuat emosinya labil. Masalah yang pernah dialami oleh seluruh manusia di bumi ini, mengenai kerenggangan hubungan di tengah keluarga karena ketidakpaduan dalam komunikasi. Bagi Nadzirah ini semakin berat, karena kini sahabatnya tidak cukup memiliki waktu untuk mendengarkan keluh kesahnya.

“ Nadzirah, kamu akan ikut acara itu?”. teman di sebelahnya, Hanis bertanya pelan.

“Ehm, acara apa?”, tanyanya setengah sadar dan bingung.

“ Itu.” tunjuk Hanis ke arah selebaran yang sedari tadi dipandangi oleh Nadzirah ketika melamun. “ berminat?”, lanjut Hanis. Nadzirah membaca brosur yang dipegangnya. Sepertinya akan ada ajang diskusi remaja di Sukabumi selama satu minggu ke depan.

“Ehm, aa..aku ikut. Insya Allah.” Putus Nadzirah tanpa berlama-lama berpikir. “ Tidak ada ruginya, acaranya berkualitas kok, diskusi itu sehat.” Batin Nadzirah meyakinkan keputusannya sendiri.

“ Aku rasa akan sangat membosankan sekali. Hehe.. Kamu yakin akan ikut?.” Hanis berujar dengan sangat santai dan membuat hati Nadzirah was-was atas keputusan yang telah diyakininya beberapa detik yang lalu.

“ Ehm, iya… aku pikir menarik.” Nadzirah menenangkan dirinya sendiri dan bertanya, “ Siapa lagi yang akan ikut?”.

Hanis mengerjap. “ tidak ada seorangpun, Nadzirah. Hanya kamu.” Nadzirah tersenyum kecut.

*****

Nadzirah tampak celingukan di antara puluhan yang ada di ruangan itu. Matanya berkeliaran mencari sosok yang mungkin saja dikenalnya, tapi nihil. Nadzirah menghadiri acara diskusi remaja itu tepat sesuai janjinya pada diri sendiri.

“ diskusi remaja, tapi kok yang datang orang-orang berkumis”, batinnya. Dia mulai cemas, yang terlihat di sekelilingnya adalah orang-orang berusia 19 hingga 21 tahun dan beberapa remaja yang seusia dengan dirinya. Kurang sekali peminatnya dari kalangan seusianya batinnya lagi.

“ Permisi. Apa di bangku di sampingmu itu bernomor 78?”, seseorang menegurnya. Nadzirah menoleh, ada seorang lelaki berdiri dengan baju koko putih di sana. Nadzirah mengangguk dan tersenyum sekenanya. Dalam acara ini kursi-kursi di beri nomor, dan setiap peserta duduk berdasarkan nomor yang didapat. Lelaki itu mengangguk sopan dan berterima kasih lalu duduk di kursinya.

Acara dimulai. Peserta diskusi yang berjumlah total 85 orang dibagi menjadi 7 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari peserta dengan nomor 1 hingga 15, kelompok kedua terdiri dari peserta dengan nomor 16 hingga 30 dan begitu seterusnya.

Sesi pertama diisi dengan perkenalan antar anggota kelompok masing-masing.

“ Kalian bisa panggil aku, Nadzirah. Aku 17 tahun, semoga kita bisa bekerja sama. Terima kasih.” Nadzirah mengakhiri perkenalan singkatnya. “ Kamu yang termuda di kelompok kita, Dzi. Semangat ya!.” Ketua kelompok 7, Asahy menimpali. Asahy adalah orang yang sangat ramah dan begitu peduli pada orang-orang di sekitarnya. Kini giliran lelaki bernomor 78 itu yang berdiri.

“ Saya Kenzie Muhana, tapi cukup panggil saja Ken. Saya 19 tahun. Terima kasih.” Ujar Ken sambil duduk kembali.

*****

Hari kedua diskusi, membicarakan motivasi dan cita-cita. Bukan topik yang asing dibicarakan, tapi tidak habis-habisnya dibahas. Entah kenapa Nadzirah bergumam sendiri.

“ Aku ingin semua hal terbaik yang bisa aku raih, aku rengkuh untuk kemudian aku dapatkan.” Semua peserta diskusi di kelompok 7 tersenyum.

“ Kalau begitu berusaha lah, selama niat itu ada, kiat itu pasti tidak berhenti kamu lakukan. Tapi jangan pernah berpikiran sempit mengartikan kata terbaik itu, ketika kamu memaksimalkan potensimu, kamu terbaik. Ketika kamu berusaha dengan sekuat tenagamu, kamu terbaik. Ketika kamu meniatkan semua yang kamu lakukan demi Dia yang Maha berkuasa, saat itu kamu berhasil, kamu terbaik!” Asahy berkomentar sambil tersenyum ramah.

Nadzirah tersenyum. Semua orang yang hadir dalam diskusi itu memiliki pikiran-pikiran terbuka dan baginya itu sangat menenangkan, apalagi selama ini dialah yang menjadi ‘tong sampah’ bagi teman-temannya. Nadzirah adalah tempat curhat bagi adik-adiknya.

Kenzie termenung lalu katanya, “ aku ingin kamu memiliki kekuatan serta keyakinan dan karenanya kamu sanggup berdiri dengan apapun yang kamu miliki.”

Nadzirah menoleh. Ken melepaskan kacamatanya, dan berkata lagi, “ saat kamu mendapatkan hal terbaik pun, kamu akan mampu menghadapinya dengan kekuatan dan keyakinan itu. kamu akan melihat hal-hal terbaik dari hidupmu bahkan saat kamu pikir kamu tidak mendapatkannya.”

Nadzirah tertunduk, terkesima dengan perkataan Ken yang begitu mengena di hatinya. Kekuatan dan keyakinan. Itu lah yang dia butuhkan saat ini.

“Jangan mulai lagi deh, Ken. Kamu kutip perkataan itu dari buku apa lagi?.” Hara menyindir Ken dengan senyumnya yang jenaka. Dia sama sekali tidak bermaksud mengejek Kenzie.

“ Dasar kamu!.” Ken tertawa sambil memakai kacamatanya kembali. Nadzirah terpekur. ‘Benarkah itu kutipan dari sebuah buku yang Kenzie baca? Buku apa?’, Nadzirah membatin.

“ Aku bukan plagiator. Kamu tahu hal itu, Ra.” Ken menambahkan.

“Sudahlah, kamu mengutip atau tidak, bukan itu yang menjadi soal. Yang terpenting, Dzi telah mendapatkan kekuatan baru. Bukan begitu, Dzi?.” Aisyah menengahi. Nadzirah tertawa.

“kalian saling mengenal?.” Tanpa sadar Dzi bertanya.

“Ya. Kami memang saling mengenal. Kenzie, si kutu buku. Asahy, motivator amatiran. Hara, pencair suasana. Aku, si penengah, jika mereka bertengkar.” Aisyah mengedipkan matanya sebelah. Lucu.

“ kalian tampak rukun. Satu universitas? Satu kampung atau ….??.” Nadzirah semakin tertarik.

“ Kami berkenalan di forum diskusi remaja, sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada yang satu kampung atau satu universitas tapi kami biasa bertemu setiap ada forum diskusi remaja di Sukabumi. Selebihnya kami berkumpul di perpustakaan umum.” Hara menjawab cepat.

“ Berarti kalian semua suka baca buku dong? Wah…” Nadzirah tidak berhenti berdecak kagum.

“ Yeah, tapi dia rajanya kutu.” Ujar Aisyah menunjuk Kenzie yang terdiam. Ken tidak banyak omong, hanya bicara jika diperlukan dan jika dia mau.

*****

Read More......

Tak ada yang harus hilang

Apapun yang membuat hidupmu
lebih terasa berat bagimu,

Apapun yang telah kamu alami
di sepanjang usiamu..

Tak ada alasan untuk memupus nuansa pelangi
Tak ada alasan untuk membentengi diri dari kesakitan

Bagaimanapun sejauh ini kamu telah bertahan
dan mengerti untuk apa kamu dilahirkan

Saat pahit itu raib, apa arti kemanisan?
Jika gelap itu buyar, apa arti cahaya benderang?
semua tak lagi berarti, kala yang lainnya hilang..

Maka nikmati dukamu,
hingga bahagia itu kan kamu jelang...


" Pengingat untukku, semoga menjadi lilin pengharapan untuk kalian.."

Read More......

Semoga aku tidak kalah

Setiap kali tidak memahami,
Setiap kali tidak mengerti,
Pengulangan ‘kan tetap terjadi…
Kamu mengulang hingga kamu memaknai
Kamu mengulang hingga kamu mengartikan
Setiap bisikan cintaNya..

Ini tentang aku, kamu – siapapun yang merasa
Dalam pengujian yang sebenar-benarnya menguji
Dalam kesungguhanmu menghamba
Artiku yang tak sama dengan apa pikirmu – mungkin

Kadang dugaku tak indah tentangNya
Entah kamu, aku mungkin pernah berjibaku
Setiap kekokohan yang dibangun
Selalu dihantam yang lebih besar, lebih besar lagi
Hingga tak ayal,
Hampir buatku lepas dari kepenuhanku mempercayakan

Seolah dengan kuasaNya,
Dia mempertanyakan kesungguhanku
Menguji dengan detik-detik pemangsa
Yang bisa membuatku tercekik dalam putus asa
Yang mencengkeram mati diriku
Dalam pusaran ketidak berdayaan..


Semoga aku tidak kalah
Dalam perjuangan ini,
Semoga nafasku ridak habis
Sebelum aku mengerti…

Semoga aku tidak kalah.

Read More......

Jika kamu bertanya sahabat...

Jika kamu bertanya,
sehebat apakah kamu di mataku?
bagaimana bisa aku menjelaskan
sedang matamu saja memberikan lautan tanya
buatku mencari jawab

jika kamu bertanya,
seberharga apa kamu di mataku?
bagaimana bisa aku menilai,
sedang badaiku yang mengamuk semalaman
bisa menjadi bgitu meneduhkan saat kamu di sisi

Jika kamu bertanya,
tentang artimu padaku
sama saja dengan mempertanyakan
sang camar yang bersahabat dengan cakrawala

kenapa?

apa?

bagaimana?

aku hanya dapat menggeleng
dalam bingungku
cukupkan tanyamu, dan percayalah.
aku memang ada tanpa sayap
aku memang ada dengan dua tangan
tapi itu cukup untuk merengkuhmu, sahabat...

Read More......

The way we are

The way you take care of me
the way you know about me
all the unique thinkings of yours
those make me still pass my life

a mistake, moreover my life is
crowded by a mount of mistakes,
but friend,
i do need you to complete me
help me for collecting each pieces of my soul
show me the tears
that will be so beautiful
when you're beside me

make me open my eyes,
make me open my two arms
please, don't let me wrong
i'm gonna be blind,
so bring me the light
sometimes, i'm gonna be right

just trust me,
the one who's never tired to comprehend you
i'm the one who will try to
understand you more

eventhough you can't see my willing
and i don't promise you anything
just a friendship,
just for a totally friendship
but i'm contradiction one
sometimes, i will be so hard, so annoyed

i'm me
and you're you
by the way you are..

Read More......

the grey is me

The usual activities that make bored

the same thing that is always done, day by day

no improvement,
or may be
here is a big step backward

those all become a monochromatic view
the white was so clear,
burn the reality
that i'm not too white
i'm the grey,
who trapped between the light
and the darkness

i wanna fly into the arms
whom can bring me the truth
whom not just make me concious
but also see me as precious as he found a special thing

i wanna learn to be a white one
as you wanted me to be

Read More......

'Tuk menjadi indah (agar bidadari cemburu padamu..)

'tuk menjadi indah
tak dibutuhkan makhota cahaya di kemilau rambutmu
atau warna warni bunga
di setiap kibaran kain yang menutupi kesucianmu
hanya wajah tanpa gundah,
dan dunia memberikan semua keindahannya padamu

'tuk menjadi indah
tak diperlukan olesan merah di pipimu
atau bubuhan yang memutihkan
hingga ke cuping telingamu
hanya satu tulus senyuman
maka, bidadari-bidadri surga
bahkan 'kan iri padamu...

'tuk menjadi indah
bisa kau lihat putihnya awan
yang berserak tanpa menjadi gangguan
dapat kau pandang menguningnya dedaunan
meranggas demi hidup pohon yang kekeringan

bening imanmu di setiap laku yang meneduhkan
cahaya keperakan,
kala wajahmu menegaskan kekokohan akhlak
di setiap kibaran kain penutup,
yang mengharumkan
dan membuat setiap lelaki segan..

karena itu semua,
kamu indah...
kamu adalah putri di istana penuh cinta
kamu adalah ratu di puri yang kan kau bangun nanti


agar bidadari cemburu padamu...

Read More......

Konfrontasi hati

Kadang aku terbuang jauh,
dari hiruk pikuk mereka yg mengaku berakal,
mendapati bnyak perbedaan,
menyingkirkan bumiku yg tak berujung,
mengkotak-kotakan kenyataan..
Merasa aneh sendiri,
dan aku menikmatinya...

Kadang aku merasa seperti orang kebanyakan,
dengan banyak hal mendasar..
Namun keterasingan itu tak lenyap,
malah kian akrab
Hingga aku menangis dibuatnya..

Kadang aku ingin trtawa,
menikmati masa seperti mereka
tapi tak jarang,
aku benci untuk menjadi seperti mereka..

Semuanya, tentang mereka
Mendekatkan aku pada satu fatamorgana,aku berbeda.
Jerit itu berasal dariku,
'aku berbeda!'
'aku sama dengan mereka..!!'
konfrontasi dahsyat mendesakku
pada konferensi puncak kalbu...

"ayo gunakan hatimu! Pakai akal sehatmu!"
demonstrasi kecil-kecilan
Berjelalan di jalan panjang pikirku,
tak ada yg mau mengalah.
Amukan provokasi, menguatkan
suhu emosi yg meledak-ledak
Tapi tetap yg trjadi,
hanya bulir d sudut mata..

Amarah,
kekecewaan,
kesedihan,
kegundahan,
ketidakberdayaan,
mengakumulasikan gas air mata yg menghebat..

Aku lemah, aku akui itu..
Tapi ada yg Maha Menguatkan,
yg menegaskannya
melalui orang-orang yg mmberikn semangat,
melalui orang-orang yg brkumpul dengan kasihNya..

Dan karena itu semua,
aku akan kuat..

Read More......

Lelaki Menangis (Ksatria di zamannya)

Padang perang tak juga usai,
letupan amarah masih bersarang,
tegakkan bahumu, ksatriaku
Agama merindukan setiap nafas perjuangan
yang di suatu masa pernah bersinar,
memayungi jagat dengan cahayaNya..

Kemenangan tidak sberapa,
Nilai kekukuhanmu lebih berharga,
pandanglah langit itu,
itu milikmu, ksatriaku!
Maka, mengapa kamu tak menjamahnya?
Dengan nyanyian harapan,
dengan murniny hati yg trbungkus iman..
Juga akal yg bgtu cemerlang...

Hujamkan kuat kakimu pada bumi,
tapi tetaplah pandang cakrawala..
Masa depan 'kan menjadi kejutan takdir,
maka lapangkn dadamu,ksatriaku
untuk ikhtiar yg membutirkan letih d dahimu..

Dan jika perasaanmu membuncah keluar,
tertekan semua kegundahan, kekecewaan, kepahitan,
maka biarkn tetes itu jatuh...
Dalam setiap beningnya,
ada pasrahmu padaNya.
Ada munajatmu pada kekasihMu..
Mengapa harus trtunduk malu?
Kekasihmu tahu,
sandaranmu lah bahuNya..

Ksatriaku,
kuat bukanlah keangkuhan,
yang menghinakanmu atas perih yg menyiksa..
Kuatlah demi agamamu,
tapi lembutkanlah hatimu..
Sungguh, dengan begtu
penduduk langit kan memintakan doa buatmu
pun para pendosa di bumiNya,
kan mencintaimu..

"untuk ksatria d zamannya, lelaki muslim, saudara-saudaraku..."

Read More......

Catatan kecil milikku (untuk bidadari dunia, ini kisahku!)

Well, ini hanya catatan seorang gadis tentang dirinya dan kehidupannya. Mungkin suatu saat semua ini akan menjadi kenangan yang tak dapat diukur dengan harga… dia bingung harus memulai dari mana ia mengisahkan hidupnya. Ingatannya tidak buruk tapi butuh waktu untuk merangkai semuanya menjadi suatu kisah dengan utuh.

CATATAN kecil Milikku

Tampaknya benar bahwa remaja begitu pedulI dengan apa yang dinamakan self image dan menganggap dirinya unik dan istimewa. Itu lah yang aku alami di awal masa remajaku. Sekitar usia 13 hingga 16 tahun aku merasa bahwa diriku tidak ada duanya, aku istimewa. Masih kuingat kepercayaan diriku untuk ikut klub melukis karena aku terbiasa menggambar sejak TK dan beberapa kali gambarku termasuk dalam jejeran gambaar-gambar dalam pemeran sekolah di sekolah menengah pertama. Masih kuingat jelas masa keemasanku saat aku begitu ingin diakui. Keegoisan. Ambisi. Hidupku pernah penuh dengan keduanya. Namun kemudian aku mulai merasa lelah untuk itu, lelah untuk selalu menunjukkan citra diriku. Bukan karena aku tak lagi punya motivasi, tapi terkadang ambisi membuatku tertekan dan hampir mati tercekik karena sesaknya. Aku pernah dilanda stress berkepanjangan karena nilaiku tidak sebesar yang aku inginkan, aku pernah mengurung diri karena kegagalanku untuk mempertahankan gelar juara umum yang pernah kusandang, aku pernah mengisolasi diriku dari orang lain saat tahu aku tidak memenangkan suatu kompetisi. Ya, itulah aku. Aku tidak bisa bersiap untuk kalah.

16 tahun aku lewati, selanjutnya setelah semua hal yang membuatku pernah begitu terluka dengan kekalahan. Diriku yang baru tengah kubentuk. Masa awal SMA, aku bertemu dengan orang-orang baru. Lingkungan baru. Kenyataan baru yang membuka mata lebih lebar. Rasa istimewa itu berangsur-angsur menghilang, sebaliknya aku merasa orang lain begitu istimewa. entah apa orang lain pernah menganggapku istimewa seperti saat aku menatap mereka? Aku tak jarang bertanya apa yang mereka lihat dariku? Dan memang keinginan untuk mempertahankan eksistensi itu belum hilang sepenuhnya. Kegelisahan yang ada karena kekhawatiranku akan arti diriku. Ketakutan dipandang sebelah mata. Bagaimana pun aku butuh pengakuan. Konyol memang. Mungkin karena aku belum dewasa di usia yang ke-17 ini. Masih banyak pertanyaanku yang tak kudapat juga jawabnya. Tentang segalanya.

Beberapa kebenaran kutemukan dan pertanyaan yang baru selalu bermunculan. Setiap tanyaku terjawab,pertanyaan lain datang. Semakin ku ketahui, semakin aku tidak mengerti. Aku mengetahui bahwa ada batasan bagi pergaulan. Ada batasan bagi kami tuk saling berinteraksi, karenanya aku akhirnya memutuskan untuk tidak akan lagi berbuat apa yang selama ini dikenal sebagai trend pacaran. Awalnya sangat berat, terlebih aku saat itu sedang mengikuti trend tersebut. Aku sulit untuk mengatakannya. terbayang di benakku bagaimana mungkin aku sanggup memutuskan ini? Bagaimana harus aku berkata agar dampak yang timbul bukan lah suatu permusuhan? Bagaimana aku dapat bersikap tegas untuk ini? Tapi segalanya berjalan dengan kemudahanNya. Setelah beberapa kali berkirim pesan singkat, kunyatakan niatku dan pihak yang bersangkutan dapat mengerti meski aku belum bisa meyakinkannya bahwa itu lah keputusan terbaik.

Aku tidak mungkin melupakan itu seumur hidupku. Hal yang membuatku malu seolah aku adalah terdakwa. Bagaimana bisa dulu aku begitu bangga dengan status yang tidak berarti itu? bagaimana bisa aku begitu bangga dengan kesesatan itu? bagaimana bisa aku mengacuhkan harga diriku untuk itu? teringat, dulu aku pernah menangis karena lepas darinya. Segalanya tetap meninggalkan bekas yang jelas. Aku malu. Sangat. Membicarakannya membuatku seolah berada dalam jelaga dengan sekelilingku gumpalan awan. Saat sahabat-sahabatku berkata bahwa orang yang menjalani tren itu adalah seperti kue yang dijajakan tanpa plastic, dan tak tertata dalam etalase. Semua orang dapat menjamahnya tanpa dibeli. Aku sangat malu. Sungguh dulu aku pernah menjalani tren itu meski demi Allah aku tidak pernah membiarkan seorang lelaki pun berbuat tak sopan padaku. Walaupun pengertian sopan itu pernah sedikit berbeda dalam pandanganku yang dulu dan saat ini. Dulu, kupikir berpakaian tertutup adalah sopan meski aku tidak mengenakkan kerudung. Dulu, kupikir tak apa jika tangan ini menyentuh siapapun sekalipun itu bukan mahramku. Dulu, kupikir maksiat itu adalah semua hal yang lebih dari sekedar berjabat tangan. Dulu, begitu banyak kesalahanku dalam berpikir.
Kucoba untuk berubah walau tidak semua senang dengan perubahanku. Sahabat-sahabat lelakiku tampak tersinggung saat kukatupkan tanganku saat mereka mencoba untuk berjabat setelah kami lama tidak bertemu, mereka risih denganku, mereka menganggap itu adalah sebuah hinaan bahwa mereka menjijikkan bagiku. Tidak. Tidak ada niatku untuk bersikap seperti itu. keluargaku terlihat tidak senang dengan caraku berpakaian yang mereka bilang sangat merepotkan. Namun lambat laun mereka semua mengerti. Sahabatku tidak memaksaku untuk menjabat mereka lagi meski mereka masih risih terhadapku, padahal aku tetaplah sahabat mereka yang masih bicara cerewet seperti dulu. Keluargaku tidak mempersoalkan cara berpakaianku lagi.


"Didedikasikan untuk saudari-saudariku, bagi yang ingin dan tengah berubah..."

Read More......

Mauku pada dunia

D setiap kidungku padaNya,
acap kali mimpiku tumbuh,
menjamur pda nyataku,
menjadikan masa lalu sebagai inang
tuk menyebarkan spora keberhasilan..

Dalam kemanjaanku padaNya,
pintaku ada d setiap lirikan,
helaan nafasku dalam buaianNya..

Langit yg dsediakanNya,
kan menjadi mataku tuk melihat.
BumiNya yg tanpa batas,
kan jadi tetapan atas ikhtiarku..

Setiap detik yg mmbongkar ksunyian,
detik pemohon,
yg melontarkan senyum
dalam satuan jam..

Aku mau setiap detak jantungku,
hanya darah istiqomah yg mengalir..
Aku mau dengan stanza yg kubuat,
ada jiwa yg selamat.
Aku mau pda kata yg berujar,
tersimpan hikmah yg tak trnilai,
aku mau dunia lbih bhagia atas sosokku
aku mau...

Read More......

keabuan

Sang angsa menarikan tarian kematian,
kemilau putihnya berbinar
Mahkota keabadian tersingkap
angkuh menduduki cahaya

gagak hitam mlintas,
menoleh dengan cibiran,
kelebatnya layak tirai sang malam
yang menggerai muslihat
dengan keelokan

putih, mliki mutiara dalam kerang kehidupan,
hitam, miliki legam yg melelapkan...

Sang hitam bukan sang putih,
keduanya tak sulit dibedakan
Sang angsa tak serupa gagak
Terdapat perbedaan untuk pengenal

bagaimana dengan keabuan?
Ia bukanlah gagak ataupun angsa,
tak miliki jubah kegelapan
Pun tak bermahkotakan cahaya,
Adakah tempat bagi si keabuan?

Sawiyya
(28 September 2009, 14:52)

Read More......

Aku menyayangi mereka dengan caraku

Tak inginku melanjutkan eksodusku
tanpa mreka yg sejak awal
brdiri d samping,
membuatku yakin dan brsiap diri

setelah 4 thun pengembraan,
mreka tak juga brubah,
aku tetap menyayangi mereka dgn caraku..
Meski tak juga condong mereka pada kataku
meski keterasingan mengintip malu-malu
dalam setiap pertemuan..

Aku menyayangi mereka dengan caraku,
meski orang-orang putih itu melarang,
bagiku kepergianku adalah pengkhianatan..
Mereka bersamaku, dan akan tetap bgtu

aku menyayangi mereka dgn caraku,
walau hujatan ada bagiku
yang dikatakan tak juga brhenti brmaksiat..
Aku tetap tinggal
dan tak brniat lepas..

Aku menyayangi mereka dgn caraku,
karenanya, kan kubagi lilin kecilku
memang tak seterang lentera
tapi aku akan brusaha,

aku menyayangi mereka dgn caraku,
maka izinkan aku ada..
Jangan hujat aku, wahai manusia yg dianugerahi cahaya!
Ini caraku. Misiku.

Tuhanku yg brkuasa atas stiap kalbu,
syukurku atas saudari yg pandai mengingatkan
dan mudah diingatkan..
Ketetapan itu, pertahankan lah..
Wahai Dzat yg daripadaNya ruhku ditiupkan,
beri aku cinta yg hidup bagi mereka..
Sungguh, hingga akhir,
biarkn aku mencintai mereka dengan caraku...

Maka, condongkanlah hati mereka
pada apa yg menjadi Haq
lilin kecil ini 'kan menjadi obor yg brkobar dgn kuasaMu..

Aku menyayangi mereka dengan caraku...


' bagi saudara-saudaraku, saudari-saudariku, 4 tahun kbersmaan kita...'

Read More......

Dalam tirai kenangan

Hembusan kesepian masih terasa,
Pekat menderakkan keping hati..
semuany berputar kembali
membawaku jauh pada keusangan
yang menjadi begitu antik dan cantik..

tawa yang berganti dengan nada yang berbeda
senyum yang terulas dari wajah yang berbeda
kehampaan dengan resah yang bervariasi
jiwaku tahu, ada bagian yang tersulit
Menguji sebuah kesungguhan atau bahkan
konsekuensi sebuah pilihan

Tirai kesepian, menguning di sudut harapan
lubang bertebaran mengoyak keutuhan
tapi kenangan tetaplah unik
si pesakitan tak luput darinya tanpa senyuman


masa lalu,
menjauh dengan hati-hati
namun menoleh ketika terpanggil
ditinggalkan
tapi tak pernah hilang
meski waktu tak berujung....



( Dalam Tirai kenangan, ingatan yang buram?)

Read More......

Tepisan, Tragedi Syawal

Lekukan d bibir yg kureka sejak awal,
buat pagiku sempurna
untuk pengembalian yg kurancang,
tak ada selubung tipis,
hanya aku yang sbenarnya...

Pencarianku terhenti,
ketika surga seolah tersenyum padaku
aku merasa ringan tanpa beban
lalu jariku yg trbiasa bicara
menyentuhnya,
cukup untuk pengakuan dosa dan permohonan maaf-kurasa

sejenak, hanya hening
membeningkan nuansa fitri d syawalku
1, 2 detik-halus
kudengar desis, dan penolakan pelan
meski tetap tepisan samar itu
memagari jarak yg kukira dpat kulompati..

Sebuah tragedi-jiwa melankolisku mulai lagi
tak dapat kuhindarkan.
Semua bayang keabuan,
semakin samar, buram...
Mungkin aku akan mati,
mati rasa

Read More......