aku dan sepenggal bait hidupku...

Sebelum Aku Benar-benar Mati



Waktu berlalu dengan detak yang tersendat, entah apakah karena tarikan nafasku memberat ataukah gemintang di ufuk barat meredup letih menggenggam hatiku? Lama sekali tak sendiri menyusur rangkaian alfabet di tombol-tombol hitam yang berderet rapi. Lama sekali, tak mengisi imaji dengan menguas tinggi-tinggi warna metalik langit. Sangat lama. Dan jernih itu menguap di ujung jemariku. Semuanya menjadi terlalu sulit untuk kugenggam bersama bait. Segalanya terlalu berat untuk kurangkai di tiap tarikan pena.

Aku mati. Imajiku menghilang terpapar kesal; kesal akan jemu yang mengiringi hati, kesal akan kelunya jari untuk menari, kesal untuk lubang hitam yang masih saja menganga di hati. Apakah ini masih diriku? Apakah jemari ini masih mampu bercengkrama riang di sudut kosong? Apakah nafas berrima itu hilang begitu saja? larikan saja aku. Larikan saja aku dari ketergagapan membingkai frasa, larikan aku dari larik-larik kosong yang menjejak di hamparan. Larikan aku!!!! Sebelum aku benar-benar mati.

Angin mungkin tak lagi bersenandung Claire de Lune buatku. Kunang mungkin tak lagi berpijar bintang di mataku. Malam mungkin tak lagi berjubah di bayangku. Ah... larikan aku dari sini. Sebelum aku benar-benar mati.


Jatinangor, 12 Oktober 2011

1 komentar:

orang pintar itu orang selalu mengingat mati. dan mempersiapkannya untuk benar2 selamat setelah mati. ayo terus berkarya. ditunggu kunjungannya